Di tengah perubahan cepat dan kemakmuran ekonomi. Dimana informasi dan kesadaran masyarakat tidak bisa mengikuti kemajuan informasi, masalah akan terjadi. Dalam beberapa tahun, sebuah Negara yang dulu di anggap sebagai Negara paling lemah diantara Negara berkembang menjadi salah satu kekuatan paling besar di dunia. Perkembangan yang mendadak serta kemakmuran dari Negara tersebut membuat masyarakat melupakan kebijakan dan nilai-nilai kekeluargaan, menyebabkan turunnya angka kelahiran.
Pemerintah terlambat untuk memberikan solusi terhadap masalah. Kekurangan populasi-pun tidak terhindari. Akibat kekurangan orang yang bisa bekerja, pemerintah tidak memiliki pilihan lain kecuali membawa orang-orang dari luar Negara. Penduduk baru, selagi berkembang dalam jumlah, telah membuat keluarga baru dan membuat komunitas di Negara ini.
Dipermukaan, komunitas terlihat stabil untuk waktu yang lama. Para imigran, yang datang kedalam Negara, telah mengaku bahwa mereka merupakan warga Negara yang bersumpah untuk melindungi Negara. Tetapi para penduduk lokal tidak berpikir demikian. Mereka hanya melihat para imigran sebagi seorang pekerja biasa dari luar negeri, yang cocok untuk melakukan pekerjaan kecil. Tensi diantara para imigran dan penduduk lokal terus bertambah kuat setiap harinya. Pada suatu saat, situasi menjadi lepas kendali. Diskirminasi terhadap para imigran dan hubungan yang jelek di antara kedua pihak menjadi pemicu kekerasan untuk kedua belah pihak.
Situasi ini tambah kacau setelah politisi ternama bersuara untuk mendukung diskriminasi. Bahkan di antara imigran, terdapat diskriminasi terhadap sesama. Generasi ke tiga imigran yang dianggap sama seperti warga Negara asli melakukan diskriminasi terhadap imigran baru dan bertarung untuk persetaraan hak. Demonstrasi dan kerusuhan terjadi dimana-mana sebagai bentuk protes terhadap ketidaksamaan hak terhadap imigran Polis.
0 komentar:
Posting Komentar